Menyemir rambut pada masa sekarang sudah menjadi tren khususnya bagi
kaum laki-laki terlebih lagi kaum hawa. Lifestyle ini sebenarnya pun
sudah ada sebelum Islam datang. Masyarakat Arab sebelum Islam biasa
menyemir rambutnya dengan warna hitam untuk menutupi ubannya. Lalu
bagaimanakah menurut Islam hukumnya menyemir rambut?
Menyemir rambut dibolehkan dengan semua warna, kecuali warna hitam.
Tidak ada bedanya dalam masalah ini, baik orang tua atau anak muda.
Tidak mengapa menyemir rambut sebelum keluar uban.
Disebutkan dalam Fatwa Lajnah Daimah (5/168) soal berikut, "Saya melihat
sebagian orang menggunakan sejumlah bahan untuk mewarnai rambutnya,
apakah hitam atau merah. Ada pula yang menggunakan bahan-bahan tertentu
untuk melembutkan rambut keriting. Apakah hal ini boleh, dan apakah ada
bedanya antara anak muda dan orang tua?
Lajnah menjawab, "Merubah warna rambut selain dengan warna hitam tidak
mengapa. Demikian pula halnya menggunakan zat pelembut rambut ikal.
Hukum ini berlaku sama bagi pemuda dan orang tua. Jika tidak ada bahaya
dan zatnya suci, maka hukumnya boleh. Adapun merubah warna rambut dengan
warna hitam murni, maka tidak boleh bagi laki-laki maupun wanita. Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"غَيِّرُوا هَذَا الشَّيْبَ وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ (رواه مسلم)
"Rubahlah warna uban itu, dan jauhi warna hitam." (HR. Muslim, no. 2102)
Kemudian yang perlu diperhatikan untuk para pemuda yang ingin mewarnai rambutnya adalah:
Mewarnai rambut yang belum beruban bukanlah ibadah. Jadi hukumnya
hanyalah mubah dan bukan sunnah. Karena yang menjadi sunnah dan ibadah
adalah merubah warna rambut ketika beruban. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:
غَيِّرُوا هَذَا بِشَيْءٍ، وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ
“Rubahlah warna uban ini dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam” HR Muslim
Termasuk dalil yang menunjukkan pelarangan hal tersebut adalah apa yang
diriwayatkan oleh Abu Daud, no. 4212, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِى آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ
الْحَمَامِ لاَ يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ (والحديث صححه الألباني
في صحيح أبي داود)
"Akan ada di akhir zaman, kaum yang menyemir rambutnya seperti bulu
merpati, maka dia tidak mencium bau surga." (Hadits dishahihkan oleh
Al-Albany dalam Shahih Abu Daud)
Adapun dalil yang menunjukkan dibolehkannya menyemir dengan warna merah
dan kuning, adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, no. 4211,
dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Seorang yang menyemir rambutnya dengan
hinna melewati Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau
berkata, 'Bagus sekali orang itu.' Kemudian lewat lagi seseorang di
depan beliau seorang yang menyemir rambutnya dengan hina dan katm, maka
beliau berkata, 'Bagus sekali orang itu.' Kemudian lewat lagi seseorang
yang menyemir rambutnya keemasan, maka beliau berkata, 'yang ini lebih
baik dari yang lainnya.'
Pembicaraan dalam hadits ini tentang menyemir rambut dengan warna lain, bukan menyemir secara mutlak, walaupun tidak beruban.
Terkait dengan haditnya ini oleh Imam Albany dalam Kitab Misykatul Mashabih dikatakan jayid (baik).
Kedua:
Penting diperhatikan tentang kaidah umum soal perhiasan dan selainnya.
Yaitu dilarang apabila mengandung penyerupaan yang diharamkan. Seperti
menyerupai orang kafir dan orang fasik. Karena hal ini diharamkan
berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
مَنْ تَشَبّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمِ (رواه أبو داود، رقم 4031 وصححه الألباني)
"Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari mereka." (HR. Abu Daud, 4031, dishahihkan oleh Al-Albany)
Karena itu, sebelum masalah menyemir rambut yang diajukan penanya
dihukumi boleh, penting dipastikan dahulu bahwa tindakannya tersebut
tidak menyerupai orang kafir atau orang fasik atau siapa saja yang
menjadi idola pemuda dari kalangan artis, atlit atau semacamnya.
Sebagaimana juga dilarang jika semiran rambut condong menyerupai kaum
wanita, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang
menyerupai wanita dan melaknat pelakunya (Bukhari, 5435)
Ketiga:
Adapun terkait dengan semiran Rasulullah shallalalhu alaihi wa sallam
terhadap rambutnya, maka diperselisihkan apakah beliau menyemir
rambutnya atau tidak. Ibnu Qayim rahimahullah berkata, 'Para shahabat
berbeda pendapat tentang semirannya. Anas berkata, 'Beliau tidak
menyemir rambutnya.' Abu Hurairah berkata, 'Beliau menyemir rambutnya.'
Hammad bin Salamah meriwayatkan dari Humaid bin Anas, dia berkata, 'Aku
melihat rambut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disemir.' Hamad
berkata, 'Abdullah bin Muhammad bin Aqil mengabarkan kepadaku, dia
berkata, 'Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di samping
Anas bin Malik, rambutnya disemir."
Sebagian orang berkata, "Rasulullah shallallahu alaih wa sallam sering
menggunakan minyak wangi sehingga rambutnya memerah, maka orang mengira
beliau menyemir rambutnya, padahal beliau tidak menyemirnya."
Abu Ramtsah berkata, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersama puteraku, lalu beliau bertanya, 'Apakah ini puteramu?'
Aku katakan, 'Ya, aku bersaksi dengannya.' Beliau berkata, 'Engkau
jangan menzaliminya dan dia tidak boleh menzalimimu.' Aku melihat
ubannya memerah." Tirmizi berkata, 'Riwayat ini merupakan riwayat paling
baik yang diriwayatkan dalam bab ini, karena riwayat-riwayat shahih
menunjukkan bahwa Nabi tidak beruban. Hamad bin Salamah berkata dari
Sammak bin Harb, dikatakan kepada Jabir bin Samurah, 'Apakah di kepala
Nabi ada uban?' Dia berkata, 'Di rambutnya tidak ada uban kecuali
beberapa helai rambut di tengah kepalanya jika beliau memakai minyak,
dan aku melihat minyaknya." (Zaadul Ma'ad, 1/169)
Keempat:
Adapun keinginan untuk mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam
menyemir rambut, padahal tidak ada uban padanya, anda sudah mengetahui
ada perbedaan yang kuat dalam hal apakah Nabi shallallahu alaihi wa
sallam menyemir rambutnya atau tidak.
Disamping bahwa menyemir rambut yang dikatakan sunah bukan dari sisi
menyemirnya, akan tetapi dari sisi tujuannya, yaitu untuk merubah uban
dan berbeda dari Yahudi dan Nashrani dalam masalah ini. Berdasarkan
hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
غَيِّرُوا الشَّيْبَ وَلاَ تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ (رواه النسائي، 4986 والترمذي ، 1674)
"Rubahlah (warna) uban dan jangan serupakan Yahudi." (HR. Nasai, no. 4986, Tirmizi, no. 1674)
Dalam riwayat Musim (3924) disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, saat melihat uban di kepada bapak Abu Bakar, beliau berkata,
"Rubahlah itu dengan sesuatu."
Sedangkan dalam riwayat Bukhari (5448) diriwayatkan beliau bersabda,
"Sesungguhnya Yahudi tidak menyemir rambutnya, maka berbedalah dengan
mereka."
Dengan demikian, maka menyemir rambut tanpa adanya uban tidak termasuk
sunah dan tidak dianggap sebagai meneladani, karena tidak ada tuntutan
untuk itu dan tidak ada maslahat syar'iah karena menyemir uban.
Paling tinggi derajatnya dia adalah mubah selama tidak ada unsur
tasyabbuh (penyerupaan) atau bahaya kesehatan atau semacamnya. Maka jika
demikian, diharamkan.
PENDAPAT ULAMA FIKIH EMPAT MAZHAB TENTANG SEMIR RAMBUT
1. SEMIR RAMBUT DENGAN WARNA SELAIN HITAM
Ulama 4 mazhab (Syafi'i, Hanafi, Maliki, Hambali) sepakat atas bolehnya
menyemir atau mewarnai rambut dengan warna coklat atau merah baik dengan
bahan inai, katam, atau lainnya. Imam Nawawi (mazhab Syafi'i) dalam
Al-Majmuk, hlm. 1/293-294, menyatakan:
يسن خضاب الشيب بصفرةٍ، أو حُمرةٍ، اتفق عليه أصحابنا، وممن صرَّح به الصيمري، والبغوى، وآخرون
Artinya: Sunnah mewarnai rambut uban dengan warna kuning atau merah,
ulama mazhab Syafi'i sepakat atas hal ini sebagaimana dijelaskan oleh
Shaiari, Al-Baghawi dan yang lain.
Pendapat mazhab lain lihat: Mazhab Hanafi dalam Al-Fatawa Al-Hindiyah
44/45 dan Ad-Durrul Mukhtar 6/422. Mazhab Maliki dalam Al-Fawakih
Ad-Dawani ala Risalati Abi Zaid Al-Qairuwani 8/191 dan Al-Istidzkar
8/439. Mazhab Hambali dalam Al-Mughni 1/105 dan Kashaful Qinak ala
Matnil Iqnak 1/204.
2. SEMIR RAMBUT DENGAN WARNA HITAM
2.A. BOLEH UNTUK TUJUAN JIHAD MELAWAN KAFIR
Ulama empat mazhab sepakat atas bolehnya semir rambut dengan warna hitam
dalam keadaan jihad (perang membela agama). Imam Syarwani (mazhab
Syafi'i) dalam Hawasyi As-Syarwani 9/375 berkata:
وهو (أي صبغ الشَّعر) بالسَّواد حرامٌ، إلا لمجاهدٍ في الكفار، فلا بأس به
Artinya: Mengecat rambut dengan warna hitam adalah haram kecuali bagi mujahid (pelaku jihad) atas kaum kafir maka boleh.
Pendapat serupa dari literatur klasik mazhab Syafi'i lihat dalam kitab
Mughnil Muhtaj 4/293; Raudhah Talibin 1/364; Tuhfatul Muhtaj 41/203.
Pendapat dari mazhab lain atas bolehnya cat rambut warna hitam bagi
mujahid lihat: Mazhab Hanafi dalam Al-Fatawa Al-Hindiyah 44/45; Mazhab
Maliki dalam Al-Fawakih Ad-Dawani 8/191; Mazhab Hambali
2.B. HARAM SEMIR WARNA HITAM DENGAN TUJUAN PENIPUAN
Ulama sepakat atas haramnya menyemir rambut dengan tujuan menipu.
Seperti seorang lelaki tua menyemir rambut saat hendak menikah agar
disangka masih muda oleh wanita yang akan dinikahinya. Ini juga berlaku
bagi wanita yang menyemir rambut dengan tujuan agar dikira masih muda
oleh lelaki yang akan menikahinya. Rerensi lihat: Mazhab Hanafi dalam
Al-Fatawa Al-Hindiyah 44/45; Mazhab Maliki dlam Al-Fawakih Ad-Dawani
8/191; Mazhab Hambali dalam Matolib Ulin Nuha 1/195.
2.C. MAKRUH SEMIR RAMBUT WARNA HITAM DENGAN TUJUAN BUKAN PENIPUAN
Mayoritas ulama mazhab empat berpendapat makruh mengecat rambut uban
dengan warna hitam dengan tujuan bukan penipuan (kalau penipuan haram).
Ini adalah pendapat mazhab Hanafi, Maliki, dan sebagian ulama Syafi'i
(sebagian lain mengharamkan), dan Hambali. Imam Nawawi dalam Al-Majmuk
1/294 menjelaskan perbedaan ulama mazhab Syafi'i dalam soal ini:
اتفقوا على ذم خضاب الرأس أو اللحية بالسَّواد، ثم قال الغزالي في الإحياء،
والبغوى في التهذيب، وآخرون من الأصحاب، هو مكروه، وظاهر عباراتهم: أنه
كراهة تنـزيه
Artinya: Ulama Syafi'iyah sepakat mencela semir rambut kepala atau
jenggot dengan warna hitam. (Tapi) Al-Ghazali berkata dalam Ihya
Ulumiddin dan Al-Baghawi dalam At-Tahdzib dan ulama Syafi'i yang lain
bahwa hukumnya makruh tanzih.
Pendapat mazhab lain lihat: Mazhab Hanafi dalam Hasyiyah Ibnu Abidin
6/422; Mazhab Maliki dalam Al-Istidzkar 8/439; Mazhab Hambali dalam
As-Syarhul Kabir 1/133.
2.D. SEMIR RAMBUT WARNA HITAM BOLEH
Al-Hafidh Ibnu Hajar menukil pembolehan dari sebagian ulama untuk
menyemir rambut dengan warna hitam dalam keadaan tertentu, dimana beliau
berkata :
وأن من العلماء من رخص فيه في الجهاد ومنهم من رخص فيه مطلقا وأن الأولى
كراهته، وجنح النووي إلى أنه كراهة تحريم، وقد رخص فيه طائفة من السلف منهم
سعد بن أبي وقاص وعقبة بن عامر والحسن والحسين وجرير وغير واحد واختاره
ابن أبي عاصم في "كتاب الخضاب" له .... ومنهم من فرق في ذلك بين الرجل
والمرأة فأجازه لها دون الرجل، واختاره الحليمي،.... واستنبط ابن أبي عاصم
من قوله صلى الله عليه وسلم: "جنبوه السواد" أن الخضاب بالسواد كان من
عادتهم.
”Sebagian ulama’ ada yang memberikan keringanan (menyemir dengan warna
hitam) ketika berjihad. Sebagian lagi memberikan keringanan secara
mutlak. Yang lebih utama hukumnya adalah makruh. Bahkan An-Nawawi
menganggapnya makruh yang lebih dekat kepada haram. Sebagian ulama’
salaf memberikan keringanan (menyemir dengan warna hitam) misalnya Sa’d
bin Abi Waqqash, ‘Uqbah bin ‘Aamir, Al-Hasan, Al-Husain, Jarir, dan
lainnya. Inilah yang dipilih Ibnu Abi ‘Ashim sebagaimana dalam kitabnya
Al-Khadlaab…. Mereka membolehkan untuk wanita dan tidak untuk pria,
inilah yang dipilih oleh Al-Hulaimi…… Ibnu Abi ‘Ashim memahami dari
hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam :‘Jauhi warna hitam’, karena
menyemir dengan warna hitam merupakan tradisi mereka” [Fathul-Baari
10/354-355 oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani].
Telah ada riwayat shahih yang menjelaskan bahwa Al-Hasan dan Al-Husain
menyemir rambutnya dengan warna hitam [Tuhfatul-Ahwadzi Syarh Jaami’
At-Tirmidzi 5/442, Kairo, Al-Madani, tanpa tahun; oleh Muhammad
Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri].
Ibnul-Qayyim berkata,”Larangan menyemir rambut dengan warna hitam, bila
(yang digunakan) adalah warna hitam pekat (murni). Apabila tidak hitam
pekat seperti mencampur antara katam dengan hina’, maka tidak mengapa,
karena akan membuat rambut menjadi merah kehitam-hitaman”.
Sebagian ulama non-mazhab menyatakan bahwa semir rambuat warna hitam
hukumnya boleh sebagaimana dikutip oleh Yusuf Qardhawi di atas.
Pendapat yang terpilih, hati-hati, dan selamat; hukum menyemir rambut
dengan warna hitam minimal adalah makruh. Dan selayaknya itulah yang
dipegang oleh setiap muslim untuk mengikuti Sunnah Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar